Pdf sri keperawatan Contoh Penelitian Deskriptif unsoed cache mirip deskriptif dengan rancangan cross sectional potong lintang yang ditunjukan penelitian ini dilaksanakan jurusan keperawatan fakultas kedokteran dan menyusun proposal penelitian.
Sebelum melakukan penelitian hendaknya penulis membuat proposal. Contoh Proposal Tesis Keperawatan Tesis mencakup berbagai hal yang menyangkut keperawatan seperti kinerja pengajar di fakultas keperawatan hubungan antara stres kerja dan motivasi terhadap kinerja pengajar di fakultas keperawatan gaya kepemimpinan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja serta masih banyak lagi.
Klik saja di skripsi lengkap keperawatan s1. Proposal tersebut dapat menjelaskan tentang kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah. Proposal tersebut dapat menjelaskan tentang kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai. Nama mahasiswa dan NIM 5. Tapi sebelum melangkah ke yang lebih jauh mengenai Contoh Proposal Penelitian Terbaru.
Apabila perubahan sikap pada orang tua dapat dibaca oleh anak hal ini akan mempengaruhi proses penyembuhan anak. Judul skripsi keperawatan komunitas.
Anda juga dapat mendownloadnya dalam bentuk pdf atau doc. Komentar Sebelumnya 2 02 Jan Berikut ini saya berikan beberapa contoh proposal penelitian Kesehatan. Contoh Proposal Pkm Penelitian. Proposal Penelitian. Berbagi :. Postingan Lebih Baru Postingan Lama. Poliklinik Gigi 4. Fasilitas Pendukung 1. USG 4 Dimensi 3. Medical Check Up 4. Rehabilitasi Medik 5. Gedung Berlantai 5 6.
Helipad area pendaratan helikopter medis 7. Layanan penjemputan ambulans gratis dalam kota 8. Internet area 9. Restaurant Guest House Musholla Parkir luas Playground tempat bermain anak Ruang laktasi 3. Hanya dengan sayatan kecil tetapi mampu mencapai sasaran kerusakan pada organ tubuh bagian dalam dengan hasil maksimal. Masa penyembuhan menjadi lebih singkat, membuat pasien merasa lebih nyaman dan tenang. Kerangka Teori Kinerja adalah penampilan hasil karya seseorang baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi.
Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja. Dalam pelayanan kesehatan sangat penting untuk memiliki instrument penilaian kerja yang efektif bagi tenaga profesional. Proses evaluasi kinerja bagi profesional menjadi bagian terpenting dalam upaya manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi Ilyas, Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan yang dilaksanakan sesuai standar.
Dengan demikian pemahaman dan ketrampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga keperawatan agar mampu membuat dokumentasi keperawatan secara baik dan benar Nursalam, Menurut Gibson terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi prestasi dan perilaku dari individu yang dapat mempengaruhi kinerja dari individu tersebut. Variabel tersebut antara lain yaitu 1. Individu, 2. Organisasi, dan 3. Diagram skematis variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu menurut James L.
Gibson Sehubungan dengan keterbatasan peneliti, maka dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah Karakteristik Individu Usia,Jenis Kelamin,TingkatPendidikan,Lama Kerja, Status kepegawaian, Status Pernikahan , Karakteristik Psikologis motivasi dan persepsi dan karakteristik Organisasi yang terdiri supervisi, imbalan, dan desain pekerjaan sebagai variabel bebas independent variabel yang diduga berhubungan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan sebagai variabel terikat dependent variabel.
Dari uraian diatas maka dapat digambarkan kerangka konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini seperti terlihat pada gambar 4. Gambar 4. Hipotesis 1. Ada hubungan karakteristik individu dengan pendokumentasian asuhan keperawatan pada unit rawat inap RS. Ada hubungan antara karakteristik psikologis dengan pendokumentasian asuhan keperawatan pada unit rawat inap RS. Ada hubungan antara karakteristik Organisasi dengan pendokumentasian asuhan keperawatan pada unit rawat inap RS.
Definisi Operasional 4. Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Definisi : Persepsi perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan kepada pasien yang merupakan komposit dengan variabel terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,implementasi, evaluasi dengan nilai total komposit dengan rincian sebagai berikut: 1. Diagnosa keperawatan Definisi : persepsi perawat dalam mendokumentasikan pernyataan yang menjelaskan respon manusia status kesehatan atau resiko perubahan pola dari pasien di unit rawat inap RS.
Perencanaan Definisi: Persepsi perawat dalam mendokumentasikan desain spesifik intervensi untuk membantu pasien dalam mencapai tujuan keperawatan di unit rawat inap RS. Implementasi Definisi : persepsi perawat dalam mendokumentasikan pengelolaan dan perwujudan dari suatu rencana tindakan keperawatan di unit rawat inap RS.
Evaluasi Definisi : Persepsi perawat dalam mendokumentasikan penilaian efek dari tindakan yang diberikan perawat pada pasien di unit rawat inap RS. Praktek Pendokumentasian asuhan keperawatan Definisi : Persepsi perawat dalam melakukan bukti pencatatan dan pelaporan dokumentasi asuhan keperawatan di unit rawat inap RS.
Karakteristik Individu Definisi : Ciri khas yang melekat pada diri perawat terdiri dari usia, jenis kelamin, status pernikahan, masa kerja dan tingkat pendidikan 1. Usia Definisi : lama hidup responden dihitung sejak tanggal kelahiran hingga ulang tahun terakhir pada saat mengisi kuesioner di unit rawat inap RS.
Tingkat pendidikan Definisi : Tingkat pendidikan formal terakhir yang diperoleh oleh perawat dan telah selesai saat pengisian kuesioner. Thamrin Purwakarta Skala Ukur: ordinal 5.
Status Menikah Definsi : Status apakah saat ini mempunyai pasangan hidup yang sah atau tidak. Karakteristik Psikologis Definisi : Persepsi perawat tentang faktor psikologis dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan di unit rawat inap RS. Motivasi Definisi : persepsi perawat terhadap proses internal dan eksternal yang mendorong perawat dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan di unit rawat inap RS.
Skala Data: ordinal 2. Persepsi Definisi : Persepsi perawat terhadap tugas dan tanggungjawabnya dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan di unit rawat inap RS. Skala Data: ordinal 4. Karakteristik Organisasi Definisi : Persepsi perawat tentang situasi dan kondisi organisasinya dengan mengakumulasikan nilai dari supervisi, imbalan, dan desain kerja.
Supervisi Definisi: persepsi perawat tentang proses supervisi kepala ruangan dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan di unit rawat inap RS.
Skala Data: ordinal 3. Desain pekerjaan Definisi adalah persepsi perawat tentang : 1. Adanya uraian tugastertulis perawat dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan di unit rawat inap RS. Adanya uraian tugas tertulis yang mudah dipahami dan dilaksanakan oleh perawat untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan di unit rawat inap RS. Thamrin Purwakarta 2. Thamrin Purwakarta 5. Thamrin maksimal 25 Purwakarta 6. Usia lama hidup responden dihitung sejak tanggal kelahiran Kuesioner usia perawat dalam tahun Ordinal hingga ulang tahun terakhir pada saat mengisi kuesioner di unit rawat inap RS.
Thamrin Purwakarta 8. Tingkat Tingkat pendidikan formal terakhir yang diperoleh oleh Kuesioner Gambaran tingkat Ordinal Pendidikan perawat dan telah selesai saat pengisian kuesioner.
Lama Kerja lamanya pekerja dalam tahun, perhitungan dari Surat Kuesioner Gambaran lama kerja Ordinal Keputusan SK penempatan pertama sebagai perawat di perawat dalam tahun di tempat tugas sampai dilaksanakan penelitian ini di unit RS.
Thamrin rawat inap RS. Purwakarta Status Menikah Status apakah saat ini mempunyai pasangan hidup yang Kuesioner status yang dikategorikan Nominal sah atau tidak. Thamrin Purwakarta dengan mengakumulasikan nilai dari dari motivasi dan persepsi pekerjaan.
Motivasi persepsi perawat terhadap proses internal dan eksternal Kuesioner jumlah skor yang berkisar Ordinal yang mendorong perawat dalam melaksanakan antara semakin tinggi pendokumentasian asuhan keperawatan di unit rawat inap skor semakin setuju RS. Thamrin Purwakarta bahwa motivasi memiliki kontribusi pada pendokumentasian asuhan keperawatan. Persepsi Persepsi perawat terhadap tugas dan tanggungjawabnya Kuesioner jumlah skor yang berkisar Ordinal dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan antara semakin tinggi keperawatan di unit rawat inap RS.
Thamrin skor semakin setuju Purwakarta. Karakteristik Persepsi perawat tentang situasi dan kondisi Organisasi organisasinya dengan mengakumulasikan nilai dari supervisi, imbalan, dan desain kerja. Supervisi Ppersepsi perawat tentang proses supervisi kepala Kuesioner jumlah skor yang berkisar ordinal ruangan dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan antara semakin keperawatan di unit rawat inap RS. Thamrin tinggi skor semakin setuju Purwakarta.
Imbalan Persepsi perawat tentang upah yang diterima dalam Kuesioner jumlah skor yang berkisar Ordinal bentuk materil gaji, insentif yang sesuai dengan kinerja antara semakin tinggi perawat yang mendukung pendokumentasikan asuhan skor semakin setuju keperawatan. Desain pekerjaan Ppersepsi perawat tentang : Kuesioner jumlah skor yang berkisar ordinal 1.
Adanya uraian tugastertulis perawat dalam antara semakin tinggi melaksanakan pendokumentasian asuhan skor semakin setuju keperawatan di unit rawat inap RS. Thamrin bahwa Desain pekerjaan Purwakarta. Adanya uraian tugas tertulis yang mudah pendokumentasian asuhan dipahami dan dilaksanakan oleh perawat untuk keperawatan. Jenis Penelitian Penelitian ini pendekatan cross sectional yaitu suatu pendekatan yang sesaat pada suatu waktu dan tidak diikuti terus menerus dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Sugiyono survey analitik dengan desain cross sectional diarahkan untuk menjelaskan atau mempelajari situasi dinamika korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat. Sehingga penelitian ini dianggap sesuai untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan karakteristik individu, karakteristik psikologis dan karakteristik organisasi pendokumentasi asuhan keperawatan.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan November Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga perawat yang bekerja di ruang rawat inap RS.
Thamrin Purwakarta yang berjumlah 52 orang perawat. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi diambil sebagai sampel. Sampel dengan kriteria inklusi yaitu semua perawat yang bertugas di unit rawat inap RS. Dan kriteria ekslusi sampel yaitu semua perawat yang cuti atau tidak bertugas selama penelitian berlangsung di unit rawat inap RS.
Metode Pengumpulan Data 5. Sumber Data Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari perawat yang melaksanakan tugas di unit rawat inap RS. Thamrin Purwakarta dengan wawancara menggunakan kuesioner yang diisi oleh perawat. Instrumentasi Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner yang terdiri dari empat bagian yaitu: Kuesioner bagian A untuk mengidentifikasi karakteristik individu perawat, kuesioner bagian B untuk mengidentifikasi Karakteristik Psikologis, kuesioner bagian C untuk mengidentifikasi Karakteristik Organisasi dan kuesioner bagian D untuk mengidentifikasi pendokumentasian asuhan keperawatan.
Kuesioner A berisikan pertanyaan tentang karakteristik individu yang merupakan ciri khas yang melekat pada diri perawat terdiri dari umur, jenis kelamin, status pernikahan, masa kerja, tingkat pendidikan,status kepegawaian. Kuesioner B berisikan tentang faktor psikologis yang terdiri dari 10 pertanyaan.
Dalam kuesioner B ada dua bagian yaitu bagian motivasi dan persepsi terhadap pekerjaan. Kuesioner C berisikan tentang faktor organisasi yang terdiri dari 15 pertanyaan. Terbagi dalam tiga bagian pertanyaan meliputi imbalan, kepemimpinan dan desain pekerjaan. Kuesioner D berisikan tentang pendokumentasian asuhan keperawatan terdiri dari 30 pertanyaan terbagi dalam bagian pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dokumentasi asuhan keperawatan.
Alternatif jawaban pada kuesioner B,C,menggunakan skala Likert. Sedangkan alternative jawaban untuk kuesioner D tentang dokumen asuhan keperawatan: Selalu Skor:5 ; Sering skor:4 ; Kadang-kadang skor:3 , Jarang skor:2 , dan Tidakpernah skor:1 Guna memperoleh hasil penelitian yang lebih baik, maka kuesioner yang dijadikan sebagai instrument pengumpulan data primer lebih dahulu dilakukan uji validitas guna menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurannya.
Sugiyono menyatakan bahwa pengukuran uji validitas setiap butir pertanyaan content validity dengan cara mengkorelasikan skor item masing-masing variable dengan skor total masing-masing variable sehingga akan terlihat butir instrument yang layak dan tidak layak untuk mengukur variable penelitian ini.
Cara Pengumpulan Data Langkah awal untuk mengumpulkan data yaitu mengidentifikasi perawat yang memenuhi kriteria melalui dokumen kepegawaian tentang unit kerja perawat.
Setelah mengetahui perawat yang memenuhi kriteria maka dapat dilakukan pengukuran karakteristik individu, karakteristik psikologis dan karakteristik organisasi, dan pendokumentasian dengan menggunakan kuesioner bagian A,B,C dan D.
Pengisian kuesioner A,B, dan C dilakukan sendiri oleh perawat dengan menilai karakteristik Individu, Psikologis dan Organisasi. Pengolahan dan Analisis Data 5.
Pengolahan Data Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, maka sebelum data dianalisis dilakukan pengolahan data yang mencakup: 1. Editing Mengecek isian instrumen yang telah diisi oleh responden tentang kelengkapan jawaban, kejelasan tulisan, relevansi dan konsistensi. Koding Merubah data yang bersifat huruf ke dalam angka atau bilangan untuk mempermudah pada saat analisis dan mempercepat entri data.
Processing Memproses data dengan cara melakukan entri data untuk dianalisis dengan program komputer 4. Cleaning Pembersihan data dilakukan untuk melihat kembali data yang telah dientry ke komputer apakah ada kesalahan atau tidak 5. Penetapan skor yaitu penentuan skor untuk variable bebas dan variable terikat. Analisis Data Analisis data pada penelitian ini akan dilakukan dengan tiga tahap yaitu: 1. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah pendokumentasian asuhan keperawatan 2.
Analisis Bivariat Merupakan analisa hasil dari variabel-variabel independen yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel dependen. Tujuan analisis regresi adalah untuk membuat perkiraan prediksi nilai suatu variabel variabel dependen melalui variabel yang lain variabel independen. Oleh karena itu, diperlukan informasi varian dari kedua kelompok. Bentuk varian kedua kelompok data akan berpengaruh pada nilai standar error yang akhirnya akan membedakan rumus pengujiannya.
Uji untuk Varian tidak sama c. Uji homogenitas varian Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui varian antara kelompok data satu apakah sama dengan kelompok data yang kedua. Pada perhitungan uji F, varian yang lebih besar sebagai pembilang dan varian yang lebih kecil sebagai penyebut. Bila variasi within dan between sama nilai perbandingan kedua varian sama dengan 1 maka mean-mean yang dibandingkan tidak ada perbedaan, sebaliknya bila hasil perbandingan tersebut menghasilkan lebih dari 1, maka mean yang dibandingkan menunjuk ada perbedaan.
Ada berbagai jenis analisis multiple comparasion diantaranya adalah Bonferroni, Honestly Significant different HSD , Scheffe dan lain-lain. Pada penelitian ini yang digunakan adalah jenis analisis multiple comparison Bonferroni. Menurut Mickey dan Greenland , dalam Hastono , menyatakan bahwa persyaratan uji multivariat adalah setiap variabel yang pada saat dilakukan uji G Rasio Log-Likelihood pada tahap uji bivariat memiliki nilai P. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui variabel independen yang paling dominan berhubungan dengan variabel dependen, uji yang digunakan adalah regresi logistik untuk mengetahui faktor mana yang berhubungan dan untuk mengetahui faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel dependen.
Tujuan analisis regresi linier ganda adalah untuk menemukan model regresi yang paling sesuai menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan variabel dependen. Asumsi ini berkaitan dengan teknik pengambilan sampel. Untuk memenuhi asumsi ini, sampel yang diambil harus dilakukan secara random.
Cara mengetahui asumsi eksistensi dengan cara melakukan analisis deskriptif vareiabel residual dari model, bila residual menunjukkan adanya mean dan sebaran varian atau standar deviasi maka asumsi eksistensi terpenuhi.
Jadi nilai dari tiap-tiap individu saling berdiri sendiri. Tidak diperbolehkan nilai observasi yang berbeda yang diukur dari satu individu diukur dua kali. Untuk mengetahui asuamsi ini dilakukan dengan cara mengeluarkan uji Durbin Watson, bila nilai Durbin —2 s. Homoscedasticity dapat diketahui dengan melakukan pembuatan plot residual. Bila titik tebaran tidak berpola tertentu dan menyebar merata disekitar garis titik nol maka dapat disebut varian homogen pada setiap nilai X dengan demikian asumsi homoscedasticity terpenuhi.
Sebaliknya bila titik tebaran membentuk pola tertentu misalnya mengelompok di bawah atau di atas garis tengah nol, maka diduga variannya terjadi heteroscedasticity.
Kuesioner diberikan kepada perawat dan diminta untuk dikumpulkan kepada salah satu perawat yang telah ditunjuk untuk mengumpulkan kuesioner yang telah diisi dengan lengkap. Setelah kuesioner kembali kepada peneliti, tetapi ternyata masih ada kuesioner yang tidak lengkap, maka kuesioner tersebut akan dikembalikan kepada perawat yang bersangkutan dan diminta untuk melengkapi kuesioner tersebut.
Setelah jumlah dan isi kuesioner lengkap maka akan dilakukan pengolahan data. Guna memperoleh hasil penelitian yang lebih baik, maka kuesioner yang dijadikan sebagai instrumen pengumpulan data primer lebih dahulu dilakukan uji validitas guna menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurannya. Pengukuran uji validitas setiap butir pertanyaan content validity dengan cara mengkorelasikan skor item masing-masing variabel dengan skor total masing masing variabel sehingga akan terlihat butir instrumen yang layak dan tidak layak untuk mengukur variabel penelitian ini Sugiyono Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang diuji validitas dan reliabilitasnya sejumlah 55 pertanyaan.
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Tabel 6. Thamrin Purwakarta sering melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Tabel 6. Sedangkan tahap Perencanaan adalah tahapan yang kadang-kadang dilakukan oleh perawat yaitu 15,6 rentang skor Pengkajian data 0 18 12 3 19 sejak klien masuk sampai dengan pulang 2. Pengamatan 22 12 15 10 13 wawancara, dan pemeriksaan fisik 3.
Pengelompokan 7 13 21 8 3 menjadi data bio- psiko sosio dan spiritual 4. Pengkajian data 5 11 12 5 19 subyektif dan data obyektif berdasarkan keluhan klien dan pemeriksaan fisik 5.
Pencatatan data 4 9 16 12 11 yang dikaji sesuai dengan format dan pendoman pengkajian yang baku Perawat sebagian besar menyatakan selalu mendokumentasikan pengkajian asuhan keperawatan. Namun perawat menyatakan hanya kadang- kadang melakukan pengkajian data dengan pengamatan, wawancara dan pemeriksaan fisik dan kadang kadang saja melakukan pengelompokan data bio- psiko-sosio-spritual pasien.
Perawat juga menyatakan selalu mengkaji data subyektif dan objektif berdasarkan keluhan pasien dan dan pemeriksaan fisik. Namun sebagian perawat menyatakan tidak selalu mencatat data yang dikaji sesuai dengan format dan pedoman pengkajian yang baku. Perumusan 4 11 9 13 15 diagnosa keperawatan dilakukan berdasarkan masalah keperawatan yang telah ditetapkan 3. Perumusan 3 11 8 10 20 diagnosa keperawatan mencerminkan problem etiologi dan simpton PES 4.
Perumusan 7 10 13 9 13 diagnosa keperawatan dapat juga mencerminkan problem dan etiologi 5. Pencatatan rumusan 4 14 10 11 13 diagnosa sesuai dengan format dan pendoman baku Rata-rata perawat menyatakan hanya kadang kadang saja melakukan pendokumentasian pada tahap diagnosa keperawatan. Sebagian besar perawat menyatakan merumuskan masalah keperawatan klien berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan dan pola fungsi kehidupan.
Sebagian besar perawat selalu merumuskan diagnose keperawatan berdasarkan masalah keperawatan yang telah ditetapkan. Perawat kebanyakan menyatakan selalu merumuskan diagnosa keperawatan yang mencerminkan problem dan etiologi. Kebanyakan perawat jarang mencatat rumusan diagnosa sesuai dengan format dan pedoman baku. Bila dilihat dari tahap perencanaan yang ditulis perawat masih kadang-kadang tertulis rumusan tujuan keperawatan yang mengandung komponen pasien, perubahan perilaku, kondisi pasien, dan kriteria hasil serta belum mengacu kepada tujuan dengan kalimat perintah, terinci dan jelas.
Implementasi 4 11 13 8 16 menggambarkan tindakan mandiri, kolaborasi dan ketergantungan sesuai dengan rencana keperawatan 2. Implementasi 3 9 14 11 15 bertujuan untuk promotif, preventif,rehabilitat if dan mekanisme koping.
Implementasi 2 10 14 15 11 bersifat holistik, dan menghargai hak-hak klien 5. Perawat menyatakan selalu melaksanakan observasi respon pasien setelah melakukan tindakan keperawatan. Namun diketemukan bahwa pada tahap ini perawat menyatakan jarang melakukan implementasi tindakan mandiri, kolaborasi dan ketergantungan sesuai dengan rencana keperawatan. Dan perawat menyatakan hanya kadang-kadang mencatat tahapan implementasi sesuai dengan format dan pedoman baku. Semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan perawat tidak dicatat dengan ringkas dan jelas.
Komponen yang 2 10 16 15 9 dievaluasi mengenai status kesehatan klien meliputi aspek kognitif, afektif,kemampua n psikomotor klien melakukan tindakan,perubah an fungsi tubuh, tanda dan gejala 2. Perawat masih jarang melakukan cara evaluasi yang sesuai standar asuhan keperawatan yang baku dalam pendokumentasian di rumah sakit MH.
Dokumentasi 1 12 12 15 12 asuhan keperawatan di ruangan ini ditulis menggunakan format yang baku 4. Berkas dokumentasi 0 11 12 7 22 proses keperawatan di ruangan ini disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku Sebagian besar perawat menyatakan sering melakukan praktek pendokumentasian asuhan keperawatan dan selalu menyimpan berkas dokumentasi sesuai dengan tempat yang ditentukan. Perawat menyatakan jarang menulis pendokumentasian menggunakan istilah yang baku dan benar.
Thamrin Purwakarta berkisar antara 20 sampai 34 tahun, kebanyakan yang berusia sekitar 22 tahun. Rata-rata lama kerja perawat adalah 1,5 tahun. Sebagian besar perawat telah bekerja di RS. Thamrin selama 1 tahun. Karakteristik Psikologis dan Organisasi Rata-rata skor persepsi perawat tentang motivasi yaitu 17 rentang skor 5- 20 artinya perawat setuju faktor motivasi berupa pembinaan, kesempatan dan dukungan yang didapat dari rumah sakit diperlukan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di unit rawat inap RS.
Sementara Rata-rata skor persepsi perawat tentang supervisi merupakan skor terendah dibandingkan skor rata-rata sub variable lain yaitu 11,8 rentang skor artinya perawat setuju bahwa pemberian bimbingan, monitoring, dorongan dan supervisi pimpinan masih diperlukan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di unit rawat inap RS. Deskripsi Karakteristik Psikologis dan Organisasi Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Variabel N Mini Maks Mean Modus Median SD Motivasi 52 13,00 20,00 17 16 17 2 Persepsi 52 10,00 18,00 15,1 16 15,5 1,9 Imbalan 52 6,00 18,00 13,2 14 13 2,8 Supervisi 52 5,00 18,00 11,8 13 12 3,0 Desain Kerja 52 5,00 18,00 12,1 11 12 2,9 Berdasarkan wawancara yang mendalam diketahui sebagian besar perawat menyatakan menulis pendokumentasian asuhan keperawatan karena menganggap ini sudah menjadi kewajiban dan kekhawatiran terhadap adanya tanggung gugat jika ada masalah di kemudian hari.
Namun, masih ada perawat menyatakan kadang-kadang tidak menulis dokumentasi asuhan keperawatan karena merasa beban kerja yang berat dengan perbandingan jumlah pasien. Perawat menganggap bahwa yang paling utama adalah melayani pasien. Perawat perawat yang lain menyatakan bahwa apa yang mereka tuliskan hanyalah tindakan yang selalu dilakukan. Artinya kolom pengkajian, perencanaan, dan evaluasi tidak diisi.
Beberapa orang perawat memberikan jawaban bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan sangat diperlukan sebagai alat komunikasi yang berkesinambungan antara perawat. Menurut saya penulisan dokumentasi asuhan keperawatan itu penting, suatu saat jika ada apa — apa dengan pasien bisa sebagai alat bukti kita.
Seandainya tidak melakukan, mereka beralasan paling-paling juga cuma ditegur dan seterusnya lupa. Sebagian lagi berpendapat untuk peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan sebagai bagian dari legal aspek perawat.
Ada juga perawat yang beranggapan bahwa hal tersebut berguna untuk penelitian dan pengembangan. Perawat yang lain menyatakan bahwa penulisan dokumentasi asuhan keperawatan bermanfaat sebagai tambahan kesibukan perawat jaga. Mereka menyatakan bahwa mengisi dokumen asuhan keperawatan memakan waktu, karena terlalu panjang formatnya. Ada juga yang memberikan jawaban bahwa mereka malas melakukan karena mengerjakan atau tidak mengerjakan sama-sama tidak diberi peringatan oleh bagian penyimpanan Catatan Medis maupun pimpinannya.
Lebih lanjut mereka menerangkan bahwa maksudnya sebagai bukti otentik jika ada pemeriksaan maupun jika suatu saat terjadi masalah tertentu yang membutuhkan dokumentasi asuhan keperawatan. Mereka menyatakan bahwa faktor pendorong mereka melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan adalah dorongan Kepala Ruang.
Beberapa perawat terdorong karena kewajiban. Perawat yang lain menyatakan demi untuk mendapatkan reward dan untuk kelancaran atau kelangsungan dalam bekerja, sebagai bukti bahwa mereka bekerja terdokumentasi dengan baik. Bagi perawat motivasi dalam melakukan dokumentasi asuhan keperawatan salah satunya adalah untuk melengkapi catatan asuhan keperawatan sehingga lebih tahu keluhan dan tindakan yang harus dilakukan kepada pasien. Disamping itu ada juga yang menjawab karena bimbingan Kepala Ruang.
Perawat yang lain menyatakan karena kesadaran pribadi dan tanggungjawab yang tinggi terhadap tugas yang diberikan sebagai perawat dan demi peningkatan kualitas kerja serta sebagai bukti tertulis bahwa perawat telah merawat pasien dengan baik. Ketika kuliah sebagian besar menyatakan bahwa penulisan dokumentasi asuhan keperawatan harus sesuai dengan teori.
Beberapa perawat memberikan jawaban bahwa di bangku kuliah asuhan keperawatan harus ditulis lengkap. Ada perawat menyatakan bahwa yang ditulis hanyalah implementasi saja, artinya bagian perawat yang lain seperti pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan evaluasi tidak ditulis lengkap. Bahkan ada yang menjawab lebih ekstrim lagi bahwa terkadang penulisan dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan semata-mata hanya untuk memenuhi dokumen tanpa melihat keadaan pasiennya.
Perawat yang lain menyatakan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan di rumah sakit tergantung kebutuhan. Mereka menyatakan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan di rumah sakit memakan waktu atau tidak efisien sehingga penulisan banyak mereka disingkat terkadang penulisan masih menggunakan bahasa gaul.
Beberapa perawat menggambarkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan di rumah sakit penulisannya jauh lebih sederhana dibandingkan dengan teori.
Bahkan pendokumentasian di rumah sakit dimana mereka bekerja sebelumnya lebih rapi dan tertib serta taat azas pendokumentasian asuhan keperawatan. Formnya simpel dan kondisi pasiennya riil sehingga lebih mudah. Mereka menyatakan bahwa Kepala Ruang tidak pernah melakukan bimbingan karena Kepala Ruang menganggap bahwa bimbingan terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan kewajiban tim rumah sakit terutama Manajer keperawatan bukan tanggungjawab Kepala Ruang.
Hal ini misalnya dilakukan oleh Kepala Ruang dengan melakukan pendokumntasian di ruang Kepala Ruang. Cara observasi kepala ruang terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan dengan membuka kembali form catatan asuhan keperawatan klien apakah sudah lengkap atau belum. Jika belum maka perawat jaga saat itu diminta untuk melengkapinya. Namun ada beberapa perawat menjawab evaluasi dilakuikan walau mereka tidak dapat menyebutkan secara spesifik bentuk evaluasinya dan waktu dilakukannya.
Perawat yang lain menyatakan tidak pernah dilakukan evaluasi pendokumentasian asuhan keperawatan secara teratur. Hanya akan dilakukan evaluasi pada saat ada kasus- kasus tertentu saja yang tiba-tiba menjadi masalah di pertemuan rutin setiap hari.
Sedangkan faktor lama kerja perawat ternyata tidak berhubungan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di unit rawat inap RS. Pada perawat yang sudah menikah dan tidak menikah tidak menunjukan perbedaan perilaku yang jauh berbeda, rata-rata termasuk sering melakukan pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Pada perawat dengan status sebagai pegawai kontrak ternyata lebih sering melakukan pendokumentasian Asuhan Keperawatan dibandingkan perawat dengan status sebagai pegawai tetap. R- B Error Sig.
R square P-value Constant , 35, , 0, 0, 0, Usia , , , Pendidikan 11, 12, , Lama Kerja 1, 4, , Statuspegawai 5, 11, , Motivasi 1, 1, , Persepsi 1, 1, , Imbalan 3, 1, , Supervisi 1, 1, , Desain kerja , 1, , Variabel usia, tingkat pendidikan, lama kerja, status kepegawaian, motivasi, persepsi, imbalan, supervisi, dan desain kerja berhubungan kuat dengan perilaku perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.
R square P-value Constant , 35,14 , , , 0 0, Usia X1 , , , Pendidikan X2 11, 12,87 , 7 Lama Kerja X3 1, 4, , Status 5, 11,33 , pegawai X4 8 Motivasi X5 1, 1, , Persepsi X6 1, 1, , Imbalan X7 3, 1, , Supervisi X8 1, 1, , Desain kerja X9 , 1, , Imbalan berhubungan langsung dengan pendokumentasian asuhan keperawatan namun demikian faktor usia, pendidikan, lama kerja, status pegawai, motivasi, persepsi, supervisi dan desain kerja ikut mempengaruhi.
Pendidikan merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Keterbatasan Peneliti 1. Pendokumentasian asuhan keperawatan hanya merupakan salah satu aspek Penilaian Kinerja Perawat dari kegiatan pelayanan asuhan keperawatan secara komprehensif. Penelitian ini hanya dilakukan kepada perawat yang bertugas di unit rawat Inap, karena memiliki kompleksitas dan kesinambungan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dibandingkan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di unit rawat jalan.
Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada dokumentasi asuhan keperawatan menunjukkan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di unit rawat inap RS. Thamrin Purwakarta yang diukur melalui sub variabel pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan praktek dokumentasi asuhan keperawatan masih belum memenuhi standar tahapan proses keperawatan.
Rata-rata perawat menyatakan sering melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Selain dari persepsi perawat dilakukan observasi terhadap 52 perawat dengan cara melihat konsistensi perilaku setiap perawat melakukan tahap-tahap pendokumentasian pada 10 pasien. Hasil observasi peneliti menunjukkan ternyata perawat hanya kadang-kadang saja melakukan pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Sebagian besar perawat menyatakan hanya kadang kadang melakukan penulisan dokumentasi asuhan keperawatan dengan menggunakan format baku.
Menurut pendapat saya hal ini dapat terjadi karena banyak perawat muda yang baru memulai kerja di RS. Selayaknya menjadi perhatian Rumah Sakit khususnya manajemen keperawatan untuk mengembangkan budaya kerja agar tercipta pandangan, sikap, cara berpikir dan bertindak professional pada setiap perawat.
Menurut Nursalam hakekat dokumentasi asuhan keperawatan adalah terciptanya kegiatan-kegiatan keperawatan yang menjamin tumbuhnya pandangan, sikap, cara berpikir dan bertindak profesional pada setiap perawat. Pendekatan yang sistematis dan logis dengan landasan ilmiah yang benar, serta melalui dokumentasi proses keperawatan, semua kegiatan dalam proses keperawatan dapat ditampilkan kembali sehingga dapat diteliti ulang untuk dikembangkan atau diperbaiki.
Adanya fenomena di atas disebabkan oleh beberapa alasan mengenai pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan praktek dokumentasi asuhan keperawatan yang dapat diuraikan berdasarkan masing- masing permasalahan dalam sub pendokumentasian pada jabaran di bawah ini. Perawat sebagian besar menyatakan selalu mendokumentasikan pengkajian asuhan keperawatan.
Namun perawat menyatakan hanya kadang-kadang melakukan pengkajian data dengan pengamatan, wawancara dan pemeriksaan fisik dan kadang kadang saja melakukan pengelompokan data bio-psiko-sosio-spritual pasien. Hasil temuan penelitian memang perawat cukup sering dalam pendokumentasian asuhan keperawatan tahap pengkajian ini. Hal ini menunjukkan perawat tidak sinkrom dalam menjalankan proses tahap keperawatan yang selanjutnya seharusnya diikuti dengan dengan melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Dari pengamatan peneliti mungkin ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini antara lain kurangnya tersedianya form baku yang tersosialisi pemahaman pengisian form asuhan keperawatan yang ada di Rumah Sakit. Studi S1 keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan motivasi yang besar kepada kami untuk menyelesaikan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan.
Contoh judul skripsi diatas khusus untuk jurusan keperawatan dan nantinya Addwin akan update lagi koleksi judul skripsi keperawatan ini disaat telah memiliki judul terbaru di tahun ini.
Skripsi keperawatan maternitas 2. Contoh Skripsi Keperawatan Keperawatan adalah suatu disiplin yang memfokuskan pada perawatan untuk individu keluarga atau komunitas untuk memelihara dan menjaga kesehatan dari kelahiran asuhan sampai pada kematian. Untuk Anda yang sedang mengerjakan tugas akhir kami bantu dengan menyiapkan daftar Contoh Skripsi Keperawatan yang dapat digunakan sebagai referensi rujukan. Ini adalah contoh judul skripsi keperawatan yang saya tampilkan guna membantu temen temen mahasiswa keperawatan agar lebih gampang dan cepat dalam menentukan judul skripsnya.
Dengan melihat referensi judul skripsi keperawatan di atas diharapkan anda dapat terbantu dalam memilih judul skripsi keperawatan yang telah kita bahas. Ada banyak judul skripsi yang bisa teman teman pilih gratis dan gunakan sebagai bahan judul skripsi.
Ini tentu dapat menghemat waktu anda mencari. Source: id. Kumpulan Judul Contoh Skripsi Keperawatan. Contoh Judul Skripsi Keperawatan S1 tentang Hipertensi berikut ini adalah beberapa judul skripsi yang kerap dipilih untuk diteliti sebagai prasyarat menyelesaikan program S-1 Keperawatan. Source: contoh-surat. Sebelum menjadi perawat seseorang harus menjalani pendidikan keperawatan baik itu jenjang diploma atau strata 1 S1.
0コメント